Waingapu, Sumba Timur – Sebuah langkah konkret untuk mengatasi kemiskinan di Kabupaten Sumba Timur telah diambil melalui sebuah Forum Group Discussion (FGD) yang diadakan pada Kamis, 31 Juli 2025. Diskusi ini berfokus pada tema “Strategi dan Implementasi Pengentasan Kemiskinan melalui Pengelolaan Energi Baru Terbarukan (EBT) berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Sumba Timur.”
Acara yang berlangsung di Aula Hotel Casa Kandara Sumba Timur ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan pemerintah daerah, Pemerintah Kecataman, akademisi, tokoh masyarakat, dan pegiat lingkungan. Tujuannya adalah merumuskan strategi yang holistik dan berkelanjutan untuk memanfaatkan potensi EBT, seperti tenaga surya dan angin, yang melimpah di Sumba Timur.
Ketua Tim Penelitian Dosen Pemula (PDP) Yuvensius Ramompas, S.E., M.E. dalam pernyataannya, menyampaikan antusiasmenya. “kegiatan ini terselenggara melalui program pendanaan penelitian dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan melalui skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) tahun pelaksanaan 2025” ungkapnya. Ia menjelaskan tim Penelitian ini berasal dari Universitas Kristen Wira Wacana (Unkriswina) Sumba berjumlah enam orang yang terdiri dari dua dosen dan empat mahasiswa.
FGD ini secara khusus menyoroti pentingnya integrasi kearifan lokal dalam setiap program. Artinya, pemanfaatan EBT tidak boleh mengabaikan tradisi dan cara hidup masyarakat setempat. Contohnya, pembangunan fasilitas energi harus disesuaikan dengan pola tata ruang adat, dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan energi menjadi kunci agar program ini berhasil.
“Pengentasan kemiskinan tidak bisa hanya dengan bantuan finansial semata. Kita harus membangun kemandirian ekonomi masyarakat,” ujar Ibu Jetty A. Maro, narasumber dari Sumba Solusi Alam. “EBT, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber penghasilan baru, misalnya melalui usaha rumahan berbasis listrik atau pengolahan hasil pertanian dengan teknologi yang ramah lingkungan.”
Dari hasil diskusi ini, beberapa poin penting telah disepakati salah satunya:
- Inventarisasi Potensi EBT: Melakukan pemetaan mendalam terhadap sumber daya EBT yang ada di setiap desa.
- Pembentukan Kelompok Pengelola: Mendorong terbentuknya kelompok masyarakat yang secara mandiri dapat mengelola dan memelihara infrastruktur EBT.
- Penyusunan Rencana Induk: Membuat rencana strategis jangka panjang yang mengintegrasikan EBT ke dalam rencana pembangunan daerah.
Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan Kabupaten Sumba Timur dapat menjadi percontohan bagi daerah lain di Nusa Tenggara Timur bahkan di Indonesia dalam mengimplementasikan pembangunan yang berkelanjutan, sekaligus memberdayakan masyarakatnya untuk keluar dari jerat kemiskinan.

