PERSIAPAN IBADAH
- Pelayan mempersiapkan diri dan berdoa bersama.
- Civitas akademika mengambil saat teduh dan mempersiapkan diri untuk beribadah kepada Tuhan.
PANGGILAN BERIBADAH
(diiringi dengan instrumen musik rohani yang lembut)
P : Jemaat yang terkasih, selamat pagi dan merdeka! Merdeka! Merdeka! Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-80! Kita baru saja merayakan kemerdekaan bangsa kita pada tanggal 17 Agustus yang lalu. Hari ini, kita kembali diingatkan bahwa kemerdekaan adalah anugerah Tuhan yang patut kita syukuri. Bukan hanya karena kita telah dibebaskan dari penjajahan secara bangsa, tetapi juga karena dalam Kristus, kita telah dimerdekakan dari dosa dan segala belenggu hidup. Mari kita rayakan kemerdekaan ini dengan penuh sukacita dan semangat! Mari kita datang dengan hati yang bersyukur, mengangkat pujian bagi Allah yang adalah Sang Pembebas, Sang Penopang, dan Sang Penuntun perjalanan bangsa kita. Dengan semangat kemerdekaan yang sejati, mari kita puji dan muliakan nama Tuhan! Merdeka! Haleluya!
♫ “PEMBEBASKU” ♫
Yesus t’lah menang
kalahkan maut
Bebaskan kita yang terbelenggu
Yesus t’lah menang
B’ri sukacita bagi
m’reka yang mengasihi-Nya
Mari kita sambut Raja Mulia
yang bertakhta di atas pujian
Dialah Pembebasku
Dialah Perisai dalam hidupku
Dalam hidupku
P : Ibadah Senin pagi ini berlangsung di bawah tema “Kebebasan yang Bertanggung Jawab” sebagai pengingat bahwa kemerdekaan sejati bukanlah hidup semaunya, tetapi hidup dalam kasih, disiplin, dan tanggung jawab di hadapan Allah dan sesama.
(Jemaat berdiri)
♫ KJ 336:1,2,4 “INDONESIA NEGARAKU” ♫
Indonesia, negaraku, Tuhan yang memb’rikannya;
kuserahkan di doaku pada Yang Mahaesa.
Bangsa, rakyat Indonesia, Tuhanlah pelindungnya;
dalam duka serta suka Tuhan yang dipandangnya.
Dirgahayu Indonesia, bangsa serta alamnya;
kini dan sepanjang masa, s’lalu Tuhan sertanya.
VOTUM DAN SALAM
P : Ibadah Keluarga Besar Civitas Akademika Unkriswina saat ini ditahbiskan dalam pengakuan bahwa pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, yang memelihara kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya, dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Kasih karunia dari Allah Tritunggal menyertai kita sekalian.
P&J: Amin.
(Jemaat duduk)
LITANI KEBEBASAN YANG BERTANGGUNG JAWAB
(diiringi dengan instrumen musik rohani yang lembut)
P : Sebagai mahasiswa, kita sering merasa berada dalam masa yang paling bebas dalam hidup. Kita tidak lagi terlalu terikat dengan aturan rumah seperti dulu, kita punya kebebasan memilih jurusan, mengatur jadwal kuliah, bahkan mengelola keuangan sendiri. Tinggal di kos pun menjadi ruang baru untuk belajar mandiri. Kita bebas mau tidur jam berapa, mau makan apa, mau mengatur kamar sesuka hati. Namun, kebebasan yang kita nikmati selalu datang dengan pertanyaan: bagaimana kita menggunakannya? Apakah kebebasan ini membuat kita semakin berkembang atau justru menjerat kita dalam belenggu yang tidak kelihatan? Banyak dari kita mungkin tidak sadar bahwa kita masih terbelenggu. Bukan lagi oleh orang tua atau guru, melainkan oleh hal-hal lain: belenggu malas yang membuat kita menunda tugas, belenggu gengsi yang membuat kita hidup di atas kemampuan, belenggu media sosial yang menyita waktu tanpa kita sadari, atau belenggu pergaulan yang menyeret kita menjauh dari tujuan. Kadang, justru di tengah kebebasan, kita bisa menjadi tawanan dari pilihan-pilihan kita sendiri. Maka kebebasan yang sejati bukanlah kebebasan tanpa batas. Kebebasan sejati adalah kebebasan yang dijalani dengan tanggung jawab; berani memilih yang baik meski tidak populer, berani berkata “tidak” pada hal yang merusak, berani mengelola waktu dan diri agar masa kuliah benar-benar menjadi masa membangun masa depan. Jadi, mari bertanya pada diri kita masing-masing: “Apakah saya benar-benar bebas? Atau saya masih terbelenggu oleh hal-hal yang justru menghambat pertumbuhan saya?”
J : (♫ Menyanyi PKJ 42 “Tuhan, Kasihani” ♫)
Tuhan, kasihani, Kristus, kasihani,
Tuhan, kasihani kami!
P : Sebagai dosen, saya juga mengalami ruang kebebasan yang khas. Kebebasan itu bukan berarti saya bisa melakukan apa saja tanpa arah, tetapi kebebasan untuk mengajar, untuk membimbing, dan untuk berkarya sesuai dengan panggilan saya. Saya bebas memilih pendekatan, merancang metode, mengolah materi agar mahasiswa bukan hanya tahu, tetapi juga mampu berpikir kritis dan berkarakter. Kebebasan itu juga memberi saya ruang untuk berkarya; menulis, meneliti, melayani, bahkan bereksperimen dengan gagasan-gagasan baru. Namun, kebebasan ini tidak pernah bebas nilai. Ia selalu menuntut tanggung jawab: tanggung jawab untuk tetap jujur, menjaga integritas, memberi teladan, dan memastikan bahwa apa yang saya bagikan membangun, bukan merusak. Tantangannya, saya pun bisa terbelenggu. Terbelenggu oleh rutinitas yang membuat saya lupa pada tujuan mulia pendidikan, terbelenggu oleh tekanan administratif, atau bahkan terbelenggu oleh keinginan untuk sekadar “aman” tanpa berani mencoba hal-hal baru. Oleh karena itu, saya perlu terus mengingat: kebebasan yang sejati bukanlah sekadar ruang tanpa batas, melainkan ruang yang saya isi dengan tanggung jawab untuk mahasiswa, untuk ilmu, dan untuk masyarakat. Mengajar dan berkarya bagi saya adalah bentuk kebebasan yang bermakna; dan justru dalam tanggung jawab itulah kebebasan saya menemukan nilainya.
J : (♫ Menyanyi PKJ 42 “Tuhan, Kasihani” ♫)
Tuhan, kasihani, Kristus, kasihani,
Tuhan, kasihani kami!
P : Sebagai orang yang dipercaya memegang jabatan, entah kecil atau besar, kita pun memiliki ruang kebebasan yang berbeda. Kita diberi kebebasan untuk memimpin, untuk membuat keputusan, untuk menetapkan kebijakan yang berdampak bagi banyak orang. Kebebasan itu adalah amanah; ruang yang Tuhan dan sesama percayakan agar digunakan untuk kebaikan bersama. Namun, di sinilah letak tantangannya. Kekuasaan selalu menggoda untuk dipakai bagi kepentingan diri sendiri. Kebebasan dalam jabatan bisa terbelenggu oleh ambisi pribadi, oleh kepentingan kelompok, atau oleh rasa takut kehilangan posisi. Bahkan kadang, justru di kursi kekuasaan orang bisa menjadi tawanan dari egonya sendiri. Padahal, pemimpin sejati adalah mereka yang menggunakan kebebasannya untuk melayani, bukan untuk dilayani. Mereka yang berani mengambil keputusan bukan karena tekanan, melainkan karena kebenaran. Mereka yang menempatkan keadilan, kejujuran, dan kemanusiaan di atas segala keuntungan pribadi. Kebebasan dalam jabatan menuntut tanggung jawab yang lebih besar: bertanggung jawab kepada lembaga, kepada masyarakat, kepada sejarah, dan kepada Tuhan. Oleh karena di balik setiap kebijakan, ada hidup orang lain yang akan merasakan dampaknya. Maka mari bertanya pada diri: “Apakah saya benar-benar menggunakan kebebasan dalam jabatan untuk memerdekakan orang lain, atau justru membelenggu mereka dengan keputusan-keputusan saya?”
♫ “BERDIRINYA NEGERI INI, TUHAN” ♫
Berdirinya neg’ri ini Tuhan
atas kehendak-Mu
Tak tertutup di hadapan-Mu, ya Tuhan
Dukanya bangsa ini
Bukan Tuhan melihat di setiap hati
yang resah, kekudusan-Nya, punyaan-Mu
Semakin jauh,
jauh dari hidup ini
Di neg’ri ini Tuhan
Di tanah ini Tuhan
Bapa jangan biarkan kabut cela noda dosa
Seakan melebihi kuasa-Mu, Tuhan
Tunjukan kuasa yang ada di tangan-Mu
Tunjukanlah, Tuhan
agar kami dapat mengerti dan mengerti
Besar kuasa-Mu
PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN
- Doa Epiklese
- Pembacaan Alkitab: Galatia 5:13
(diakhiri dengan mengatakan: “Demikianlah Firman Tuhan. Diberkatilah setiap orang yang membaca, merenungkan, dan memelihara Firman Tuhan dalam hidupnya. Haleluya.”)
- J : (♫ Menyanyi “Haleluya” ♫) Haleluya.. Haleluya.. Haleluya..
- Khotbah
- Pujian dari Ibu Sri & Ibu Sari
DOA SYUKUR & SYAFAAT
PERSEMBAHAN
P : Jemaat yang terkasih, memberi bukan karena kita berkelimpahan, melainkan karena kita mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Persembahan adalah wujud syukur dan penyerahan diri, ungkapan kasih dari hati yang telah lebih dulu dikasihi. Mari, kita memberi dengan sukacita, bukan karena terpaksa, sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
♫ KJ 337:1-3 “BETAPA KITA TIDAK BERSYUKUR” ♫
Betapa kita tidak bersyukur
bertanah air kaya dan subur;
lautnya luas, gunungnya megah,
menghijau padang, bukit dan lembah.
Ref.:
Itu semua berkat karunia
Allah yang Agung, Mahakuasa;
Itu semua berkat karunia
Allah yang Agung, Mahakuasa.
Alangkah indah pagi merekah
bermandi cah’ya surya nan cerah,
ditingkah kicau burung tak henti,
bunga pun bangkit harum berseri.
Ref.:
Bumi yang hijau, langitnya terang,
berpadu dalam warna cemerlang;
indah jelita, damai dan teduh,
persada kita jaya dan teguh.
Ref.:
PENGUTUSAN DAN BERKAT
(Jemaat berdiri)
P : Jemaat yang dikasihi Tuhan, kita kembali ke tugas dan tanggung jawab kita masing-masing. Pergilah sebagai orang orang yang telah dimerdekakan oleh kasih Kristus, dan jadilah pribadi yang menikmati kemerdekaan bukan dengan kebebasan tanpa arah, melainkan dengan hidup yang penuh kasih, tanggung jawab, dan pengharapan. Hidupilah kemerdekaanmu dengan bijaksana,bangunlah sekitarmu dengan ketulusan, dan layanilah sesama dengan hati yang merdeka. Untuk itu, arahkanlah hati kita dan terimalah berkat Tuhan. “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”
J : (♫ Menyanyi “Amin” ♫) Amin.. Amin.. Amin..
♫ ”DOA KAMI” ♫
Syukur untuk setiap rencana-Mu
dan rancangan-Mu yang mulia
Dalam satu tubuh kami bersatu
menjadi duta kerajaan-Mu
Kuucapkan berkat atas Indonesia
Biar kemuliaan Tuhan akan nyata
Bagi bangsa ini kami berdiri
dan membawa doa kami kepada-Mu
Sesuatu yang besar pasti terjadi
dan mengubahkan neg’ri kami
Hanya nama-Mu Tuhan ditinggikan
Atas seluruh bumi
TIM PELAYANAN KAMPUS MENGUCAPKAN,
“SELAMAT BERKARYA, TUHAN BERSAMA KITA SELALU!”
PUSAT PELAYANAN KEROHANIAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS KRISTEN WIRA WACANA SUMBA
Jl. R. Suprapto No. 35, Waingapu 87113, Sumba Timur – NTT
Telp. (0387) 62392-93, 2564146; fax. (0387) 62644; e-mail: kerohanian@unkriswina.ac.id